Selasa, 13 November 2012

Prestasi TIMNAS INDONESIA tahun2 lalu

Tahukah Anda ?
:: History & Prestasi Timnas
Senior dan Junior di era 1960
- 1980 ::
Di tahun 1972
dan tahun-tahun sebelumnya
prestasi timnas Indonesia
Yunior
selalu bisa berlanjut ke
prestasi
timnas Indonesia yang hebat?
Coba perhatikan data berikut
ini:
Kejuaraan Piala Asia Yunior
1960: Indonesia juara 3.
Kejuaraan Piala Asia Yunior
1961: Indonesia juara 1.
Kejuaraan Piala Asia Yunior
1962: Indonesia juara 1
(Tahun 1963-1966: Indonesia
tak ikut kejuaraan karena
situasi
Tanah Air ada perjuangan
Trikora untuk pembebasan
Irian
Jaya dan Dwikora konfrontasi
dengan Malaysia).
Kejuaraan Piala Asia Yunior
1967: Indonesia juara 2
Kejuaraan Piala Asia Yunior
1970: Indonesia juara 2
Kejuaraan Pelajar Asia 1984:
Indonesia juara 1
Kejuaraan Pelajar Asia 1985:
Indonesia juara 1
Kejuaraan Pelajar Asia 1986:
Indonesia juara 1
Coca Cola Cup Group VII Zone
Asia 1986: Indonesia juara 1
Coba bandingkan dengan
prestasi timnas Indonesia
Senior
berikut:
Turnamen Merdeka Games
1960: Indonesia Juara 1
Turnamen Merdeka Games
1961: Indonesia Juara 1
Turnamen Agha Khan Gold
Cup 1961: Indonesia Juara 1
Sepakbola Asian Games IV
1962: Indonesia Juara 2
Turnamen Merdeka Games
1962: Indonesia Juara 1
Turnamen Agha Khan Gold
Cup 1966: Indonesia Juara 1
Turnamen Agha Khan Gold
Cup 1967: Indonesia Juara 1
Turnamen Agha Khan Gold
Cup 1968: Indonesia Juara 1
Turnamen King’s Cup,
Bangkok 1968: Indonesia
Juara 1
Turnamen Agha Khan Gold
Cup 1968: Indonesia Juara 1
Turnamen Merdeka Games
1969: Indonesia Juara 1
Turnamen King’s Cup 1969:
Indonesia Juara 2
Turnamen Agha Khan Gold
Cup 1970: Indonesia Juara 2
Turnamen Jakarta
Anniversary Cup I 1970:
Indonesia Juara 3
Turnamen Queen’s Cup,
Bangkok 1971: Indonesia
Juara 1
Turnamen President’s Cup,
Seoul 1971: Indonesia Juara
2
Turnamen Merdeka Games
1971: Indonesia Juara 2
Turnamen Jakarta
Anniversary Cup II 1972:
Indonesia Juara 1
Turnamen President’s Cup,
Seoul 1972: Indonesia Juara
2
Pesta Sukan Singapura 1972:
All
Indonesian Final (A&B)
Kalau melihat data di atas
secara
gamblang terlihat ada
keterlanjutan antara prestasi
timnas Indonesia Yunior ke
prestasi timnas Indonesia
Senior.
Mengapa hal itu bisa terjadi?
Karena pada jaman itu
Indonesia
cukup dengan mengandalkan
talenta luar biasa yang
dimiliki
para pemainnya yang dilatih
secara baik oleh pelatih asal
Yugoslavia, Tony Pogacknik.
Plus
“manajemen dari hati ke
hati”
oleh para pengurus PSSI
yang
mampu membangkitkan
nasionalisme pemain
sehingga
daya juang pemain
meningkat,
meskipun mereka hanya
menerima honorarium selama
pelatnas dan tidak menerima
gaji
tetap. Yang ada adalah
iming-
iming heroik: “Akan diterima
oleh Presiden RI, Bung Karno,
di
Istana Merdeka jika berhasil
menjadi juara”.
Maklum saja, soal
dana PSSI semata-mata
hanya
mengandalkan hasil jualan
karcis
manakala timnas Indonesia
melawan kesebelasan asing
kelas
dunia main di stadion
Senayan,
Jakarta. Ditambah sedikit
saja
dari para donatur gila bola.
Sementara pada sisi lain, di
hampir semua negara Asia
belum
ada kompetisi sepakbola
profesional. Sehingga
pertumbuhan kualitas
sepakbola
Asia tidak berkembang
sepesat
seperti sekarang ini.
Maka adalah sangat
membanggakan, ketika
Indonesia berhasil menduduki
posisi elite sepakbola Asia
bersama Israel (ketika itu
masih
masuk zona Asia, belum
masuk
ke zona Eropa seperti
sekarang),
Burma (Myanmar sekarang)
dan
Iran. Kesebelasan Jepang
dan
Korea Selatan itu dulu
dipermak
rata-rata 4-0 oleh Indonesia.
Taiwan bahkan pernah
dicukur
oleh Soetjipto Soentoro
dengan
skor 11-1 di Merdeka Games
1969. Jangan ceritera soal
Thailand, Malaysia dan
Singapura,
mereka nggak level dengan
Indonesia. Sedangkan jazirah
Arab bahkan ”belum bisa
bermain sepakbola” karena
federasi sepakbola pun
mereka
belum punya (negara-negara
Arab berkembang pesat
sepakbolanya dengan
merekrut
pelatih kelas dunia asal
Brazil
ketika mereka mendapat
anugerah minyak bumi dan
gas
mulai pertengahan tahun
1970-
an).
Bayangkan. Tim Asian All
Stars
1966-1970 itu 4 pemainnya
berasal dari Indonesia yakni
Soetjipto Soentoro (sekaligus
bertindak sebagai kapten),
Jacob
Sihasale, Iswadi Idris dan
Abdul
Kadir. Bahkan kalau nggak
malu
hati sama negara-negara
lain,
Basri, Anwar Ujang dan Yudo
Hadiyanto pun sebenarnya
mau
ditarik oleh AFC (Asian
Football
Confederation) untuk mengisi
skuad bintang-bintang Asia
tersebut.
kalau di zaman sekarang
mungkin para
member juga tw kaya gimana
prestasi
timnas saat ini, hmmpp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar